Jumat, 23 Maret 2018

Makalah Sejarah TPA di NTB


TUGAS
SEJARAH TPA DI NTB

Nama kelompok:
1.      Sahrul Amin
2.      Muhamad Amin Ramdhani

DOSEN PENGAMPU
Syaharuddin S. Pd., M. Si.

JURUSAN AHWAL SYAKHSHIYAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MATARAM
2018

A.    SEJARAH TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN DI NTB

Pendidikan Al-Qur'an model TKA / TKQ dan TPA / TPQ sekarang telah berkembang dengan pesat. Hampir  setiap kampung atau desa akan ditemukan TKA / TKQ dan TPA / TPQ dengan berbagai aktifitas pembelajaran Al-Qur'annya. Sejarah pembentukan TKA / TKQ dan TPA / TPQ pun telah melalui jalan sejarah yang panjang.
Sebelum sistem pendidikan Al-Qur’an dengan bentuk Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA/TKQ) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ) berkembang pesat yaitu sebelum tahun 1990-an, jumlah anak muda Indonesia yang tidak lancar dan tidak mampu membaca Al-Qur’an semakin meningkat.  
Pernyataan tersebut didukung dengan adanya catatan-catatan berikut :
1.Di tahun 1950-an, umat Islam Indonesia baik tua ataupun muda yang tidak mampu membaca Al-Qur’an ada 17 %, dan kemudian pada tahun 1980-an meningkat menjadi 56 %.
2.Berdasarkan Hasil penelitian yang dilaksanakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta bekerjasama dengan Dewan Dakwah Indonesia pada tahun 1988 terdapat kenyataan bahwa 75 %  pelajar SMA di Jakarta tidak mampu mambaca Al-Qur'an.
3.Berdasarkan Hasil survey Kantor Departemen Agama Kotamadya Semarang tahun 1994 di Kotamadya Semarang untuk anak-anak SD se-Kotamadia Semarang, tercatat data bahwa keberhasilan pengajaran membaca Al-Qur’an di SD se-Kotamadia Semarang hanya 16 % saja ( sumber dari Drs. H.M. Sukindar, Kepala Kantor Departemen Agama Kotamadya Semarang pada tanggal 22 Januari 1995 ).
Catatan-catatan tersebut memberikan kesimpulan bahwa telah terjadi peningkatan ketidakmampuan umat Islam, khususnya generasi mudanya dalam membaca Al-Qur’an. Maka sejak tahun 1980-an di Indonesia bermunculan ide-ide dan usaha untuk melakukan terobosan dalam menanggulangi ketidakmampuan umat Islam Indonesia dalam membaca Al-Qur'an. Di antara tokoh pembaru yang cukup menonjol adalah KH. As’ad Humam dari Kotagede Yogyakarta.
B.     BIOGRAFI KH. AS’AD HUMAM

Kyai Haji As’ad bin Humam, atau K.H. As’ad Humam, (lahir di Yogyakarta, 1933, wafat di Yogyakarta, 2 Februari 1996, pada usia 63 tahun) adalah pelopor salah satu metode cepat belajar membaca Al Qur’an (qira-ah) yang populer sebagai metode Iqro.
KH. As’ad Humam yang mempunyai nama asli “As’ad” lahir pada Tahun 1933. Beliau merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Ayahnya bernama H. Humam Siradj dan nama “Humam” inilah yang kemudian diletakan setelah nama “As’ad”. Beliau bersama keluarga tinggal di Kampung Selokraman, Kotagede Yogyakarta. Keluarga beliau merupakan keluarga wiraswasta, dan KH. As’ad Human sendiri pada masa remajanya merupakan seorang pedagang barang imitasi di Pasar Bringharjo kawasan Malioboro Yogyakarta. Dan profesi inilah yang pada akhirnya mengantarnya berkenalan dengan KH. Dachlan Salim Zarkasyi.
Setelah berkenalan dengan KH. Dachlan Salim Zarkasyi, KH. As’ad Humam yang hanya berpendidikan Kelas 2 Madrasah Mualimin Muhamadiyyah Yogyakarta (setingkat SLTP) ini tergerak hatinya untuk berperan serta dalam memajukan pendidikan agama khususnya pelajaran baca tulis Al-Qur’an, maka kemudian beliaupun turut bersama KH. Dachlan Salim Zarkasyi untuk mengajar baca tulis Alqur’an dengan menggunakan metode Qiroati.
Sebagaimana telah digunakan atau dijalankan oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi selama ini. Selama beliau mengajarkan baca tulis Al-Qur’an dengan metode Qiroati, beliau telah menganalisa dan menemukan beberapa solusi untuk memperbaiki dan meningkatkan pencapaian pendidikan bagi mereka yang belajar baca tulis Al-Qur’an. Hasil analisa dan gagasan-gagasanya tersebut akhirnya disampaikan kepada KH. Dachlan Salim Zarkasyi.
Walaupun ide perubahanya tidak mendapat restu dari KH. Dachlan Salim Zarkasyi karena menurutnya Metode Qiroati adalah metode belajar yang sudah baku, tersendiri, dan tidak boleh dirubah atau dicampuri dengan metode lain. Sehingga pada akhirnya KH As’ad Humam yang bekerjasama dengan Team Tadarrus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarrus “AMM”) Yogyakarta menyusun sendiri sebuah metode cepat belajar membaca Al-Qur’an melalui metode Iqro. Metode Iqro ini dirangkum dalam enam jilid kitab berukuran saku yang mudah dibawa kemana-mana, dan bersifat interaktif (siswa belajar dan mengevaluasi sendiri, dengan pengajar menunjukan pengucapan yang benar).
Metode Iqro ini telah berhasil meningkatkan kemampuan bagi orang yang belajar baca tulis Al-Qur’an, bahkan tidak sedikit anak yang berumur dibawah usia lima tahun telah mampu membaca Al-Qur’an berkat Metode Iqro ini. Dikarenakan Metode Iqro ini dianggap efektif untuk mengajarkan membaca Al-Qur’an, maka sampai saat ini Metode Iqro ini telah digunakan hampir di seluruh wilayah Indonesia bahkan kini telah juga diajarkan dinegara-negara lain seperti Brunei Darussalam, Malaysia dan lain-lain.
Pada akhir hayat KH. As’ad Humam terkena penyakit pengapuran tulang belakang, bahkan karena penyakitnya ini beliau pernah harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta selama satu setengah tahun. Dan karena penyakit ini juga membuat KH. As’ad Humam akhirnya tak mampu bergerak secara leluasa sepanjang hidupnya. Hal ini dikarenakan sekujur tubuhnya mengejang dan sulit untuk dibungkukkan. Dan pada akhirnya pada Tanggal 02 Bulan Februari Tahun 1996, bertepatan dengan Hari Jum’at sekitar pukul 11.30 WIB. Pada Bulan Ramadhan, dalam usia 63 tahun, beliau dipanggil Allah SWT.
Jenazah KH. As’ad Humam dishalatkan di Mesjid Baiturahman Selokraman Kotagede Yogyakarta tempat ia mengabdi. KH. As’ad Humam sangat layak disebut sebagai pahlawan bagi kita semua. Karena dengan ilmu beliaulah begitu banyak orang yang terbantu dalam mempelajari membaca Al-Qur’an. Dan meskipun beliau telah meninggal dunia, ilmu yang beliau wariskan menjadi kebaikan bagi beliau yang terus mengalir menambah kebaikan bagi beliau di sisi Allah SWT. Dan semoga Allah SWT melipatgandakan kebaikan-kebaikan beliau dengan pahala-pahalaNya.
C.    PERJALANAN TERBENTUKNYA TPA
KH. As’ad Humam bersama kawan-kawannya yang dihimpun dalam wadah Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus AMM) Yogyakarta, telah mencari bentuk baru bagi sistem pengelolaan dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an. Setelah melalui studi banding dan ujicoba, maka pada tanggal 21 Rajab 1408 H (16 Maret 1988) didirikanlah Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) “AMM” Yogyakarta. 
Setahun kemudian, tepatnya tanggal 16 Romadlon 1409 H (23 April 1989) didirikan pula Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) “AMM” Yogyakarta. Antara TKA dengan TPA tidaklah memiliki perbedaan dalam sistem, keduanya hanya berbeda dalam hal usia anak didiknya. TKA untuk anak usia TK (4,0 – 6,0 th), sedang TPA untuk anak usia SD (7,0 – 12,0 th).
Bersamaan dengan didirikannya TKA-TPA, KH. As’ad Humam tekun menulis dan menyusun buku Iqro’, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal sebagai “Metode Iqro’”. Metode ini ternyata telah sanggup membawa anak-anak lebih mudah dan lebih cepat dalam belajar membaca Al-Qur’an.
D.    MASUKNYA TPA DI NTB
Berkat ditemukannya metode Iqro’ ini, yang sekaligus dibarengi dengan gerakan TKA-TPA, akhirnya diseluruh tanah air Indonesia terjadi suasana dan gairah baru dalam belajar membaca Al-Qur’an. Tak terkecuali di NTB, yang merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang memiliki julukan pulau seribu masjid. Lebih-lebih setelah lembaga baru lainnya, seperti TKAL, TPAL, TQA, Kursus Tartil Qur’an, BKB-Iqro’, dan lain-lain juga didirikan mengiringinya. 
E.     APRESIASI PEMERINTAH KEPADA KH. AS’AD HUMAM
Sebagai bukti monumental terhadap kepeloporan KH. As’ad Humam dalam gerakan pembelajaran membaca Al-Qur’an di Indonesia, maka Munas LPTQ yang ke VI tahun 1991 telah menetapkan TKA “AMM” sebagai Balitbang Sistem Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an LPTQ Nasional di Yogyakarta (SK LPTQ Nomer: 1 tahun 1991). 
Setahun kemudian tepatnya pada tanggal 3 Januari 1992, Pemerintah RI melalui Menteri Agama memberikan Piagam Penghargaan kepada KH. As’ad Humam, sebagai Pembina Tilawatil Qur’an di Indonesia. Kemudian bersamaan dengan pembukaan Festival Anak Shaleh (FASI) IV tanggal 11 Juli 1999, di Istana Bogor, Presiden B.J. 
Habibie berkenan menganugerahkan Piagam Penghargaan kepada KH. As’ad Humam karena kepeloporannya menggerakkan pendidikan Al-Qur’an di Indonesia. Piagam itu telah diterima langsung oleh Ibu Iskilah As’ad Humam (sebagai ahli waris) dari tangan Presiden B.J. Habibie.




DAFTAR PUSTAKA

Nama “Sejarah TPA / TPQ dan Sistem Pendidikan Quran”, dalam http://darussalamplawar.blogspot.co.id/2013/10/sejarah-tpa-tpq-dan-sistem-pendidikan.html diakses pada tanggal 18 February 2018, pukul 13:30 WITA
Nama “BIOGRAFI KH. AS’AD HUMAM”, dalam http://depotiqro.com/biografi-kh-asad-humam/ diakses pada tanggal 18 February 2018, pukul 15:20 WITA


Entri yang Diunggulkan

WALI TANPA NAMA DAN TANPA GELAR

WALI TANPA NAMA DAN TANPA GELAR Suatu hari aku bertemu dengan orang gila ( Al-majnuni Murokab )tak jauh dari makam seorang wali, ia...